Berlianmuda_ClubSiapa menyangka, bocah dari Kampung bisa menjadi anggota tim nasional senior selama kurun waktu 5 tahun dari tahun 1994 sampai tahun 1999. Kisah ini adalah kisah nyata. Edi Hartono yang menghabiskan masa kecilnya di Kampung Kejawanan, Cirebon. Kampung yang sebagian besar warganya senang melakukan olahraga, termasuk bola voli. Meski tinggal di kampung, dengan fasilitas bola voli yang minim tapi tidak mengendorkan semangat dalam berlatih dan bermain.

Dengan postur yang terbilang tinggi untuk anak seukurannya, ia memang senang berolahraga, tapi belum mengenal dunia bola voli, sampai ia diledek oleh temannya “tinggi nganggur”. Disebut begitu, Edi Hartono termotivasi untuk semakin membuktikan kemampuannya. Bersama dua temannya, Agus dan Sukma, Edi Hartono dan Kastolani muda berlatih dengan bola plastik dan net dari tali rafia yang diikat ke tembok. Hingga saat SMP timbullah keberanian dirinya untuk berlatih di lapangan voli standart.

Selanjutnya Edi Hartono muda mulai bergabung dengan Tim Kampungnya biarpun masih jadi cadangan. Menjadi yang paling muda di tim kampungnya, rupanya membawa keberkahan. Meskipun jadi cadangan, Edi Hartono mulai dilirik pencari bakat dari Klub Voli Bank BTPN yang sedang mencari pemain voli yang benar-benar masih muda.

Dengan bersemangat Edi menyambut tawaran emas tersebut kendati harus pergi 130 km menuju Bandung. Di Bandung tersebut ia tinggal di asrama, dan mendapatkan beasiswa untuk pendidikannya. Di kota kembang tersebutlah karakternya di tempa. Melakukan kegiatan belajar dan latihan voli usai sekolah di luar kota, jauh dari kasih sayang orang tua tak menyurutkan semangatnya. Setiap setengah lima pagi Edi remaja sudah bangun, menunaikan solat subuh, lalu kemudian mengambil sepatu, dan berlari diseputar jalan kartoatmodjo Bandung.

Edi Hartono setiap hari menambah porsi latihan sendiri. Jika teman-temannya hanya mengandalkan tinggi badan dan porsi latihan standar saja, Edi berbeda. Semangat, tekad dan kerja kerasnya di ganjar dengan membela tim Cirebon di kejuaraan daerah Jawa Barat. Tampil bagus dalam kompetisi tersebut, membuatnya menjadi langganan training camp untuk tim Provinsi Jawa Barat.

Edi mulai sering dalam kompetisi – kompetisi hingga menjelang Pekan Olahraga Nasional, namun Edi muda di coret karena dianggap masih terlalu muda, lagi-lagi tak menyurutkan semangatnya. Kendati demikian, bakatnya sudah mulai diendus tim nasional yunior. Pada tahun 1992 ia pun didapuk menjadi anggota tim nasional yunior untuk mengikuti kejuaraan tingkat Asean di Serawak, Malaysia dan kejuaraan tingkat Asia di Teheran, Iran. Hanya 2 tahun berselang, Edi Hartono pun naik pangkat menjadi anggota nasional tim senior voli Indonesia dan berpartisipasi pada kejuaraan Asia Pasifik di Fukuoka, Jepang. Status sebagai anggota tim nasional disandangnya selama 5 tahun hingga tahun 1999. Usai dari tim nasional, tahun 2001 Edi Hartono bergabung dalam Tim Bank DKI Jakarta Monas yang berpartisipasi dalam Proliga, kompetisi bola voli profesional tingkat nasional.

Edi Hartono mencontohkan banyak hal akan makna sebuah proses menuju keberhasilan yang diawali dari hasrat berprestasi. Hasrat ini menjadi kunci dan jawaban dari setiap tantangan yang diberikan kepada kita. Hasrat inilah yang mampu memicu konsistensi semangat dia untuk terus meningkatkan kemampuan dengan berlatih. Hasrat juga lah yang mampu membuatnya tetap bangkit dari setiap kegagalan.
"Prestasi datang kepada orang yang dapat melawan rasa malasnya, serta mempunyai semangat pantang menyerah dan perjuangan yang keras" 

Share artikel ke: Facebook Twitter Google+ Linkedin Technorati Digg

0 comments:

Post a Comment

Copyright 2010 BERLIAN MUDA CLUB
Lunax Free Premium Blogger™ template by Introblogger